FILOSOFI TEMBANG JAWA "SLUKU - SLUKU BATHOK"
Masih ingat tembang Jawa yang diciptakan oleh para Walisongo dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa?. Salah satunya adalah tembang Sluku- Sluku Batok. Ini adalah tembangnya:
Sluku-sluku bathok,
Bathoke ela-elo,
Si Rama menyang Solo,
Oleh-olehe payung motho,
Mak jenthit lolo lo bah,
Wong mati ora obah,
Yen obah medeni bocah,
Yen urip goleko duwit.
Tapi apakah kalian mengerti apa makna tembang tersebut?. Berikut ini Filosofi tembang tersebut:
Sluku-sluku bathok
berasal dari bahasa Arab ;Ghuslu-ghuslu batnaka,
artinya,''mandikanlah batinmu'',Membersihkan batin dulu sebelum sebelum membersihkan badan atau raga.Sebab lebih mudah membersihkan badan dibandingkan membersihkan batin atau jiwa.
Bathoke ela-elo ;
berasal dari bahasa Arab: batine La Ilaha Illallah
maksudnya ; hatinya senantiasa berdzikir kepada Allah,diwaktu senang maupun susah,dikala menerima nikmat maupun musibah,sebab setiap peristiwa yang di alami manusia,pasti menggandung hikmah.
Si Rama Menyang Solo
Maksudnya ; Mandilah,bersucilah,kemudian kerjakanlah sholat.Allah menciptakan manusia tidak lain adalah agar menyembah ,menghambakan diri kepada-Nya.
Oleh-olehe patyung motho ;
berasal dari bahasa Arab: Laillaha Illalah hayyum mauta ;
Dzikir pada Allah mumpung masih hidup,bertaubat sebelum datangnya maut.Manusia hidup di dunia tidak hanya sekedar memburu kepentingan duniawi saja. Kesadaran akan hidup yang kekal di akhirat,menumbuhkan semangat untuk mencari bekal yang diperlukan.
Mak jenthit lolo o bah, wong mati ora obah :
kematian itu datangnya tiba-tiba, tak ada yang tahu. Tak bisa dimajukan atau dimundurkan walau sesaat. Sehingga saat kita hidup, kita harus senantiasa bersiap dan waspada. Selalu mengumpulkan amal kebaikan sebagai bekal untuk dibawa mati.
Yen obah medeni bocah :
Saat kematian datang, semua sudah terlambat. Kesempatan beramal hilang. Banyak ingin minta dihidupkan tapi Allah tidak mengijinkan. Jika mayat hidup lagi maka bentuknya menakutkan dan mudharat-nya akan lebih besar.
Yen urip golekno dhuwit :
Kesempatan terbaik untuk berkarya dan beramal adalah saat ini. Saat masih hidup. Pengin kaya, pengin membantu orang lain, pengin membahagiakan orang tua: sekaranglah saatnya. Sebelum terlambat, sebelum segala pintu kesempatan tertutup.
Mudah-mudahan kita semua bisa menerapkan dan mengamalkan makna dari syair di dalam lagu “SLUKU-SLUKU BATHOK”. Bukan hanya untuk sekedar lagu dolanan, akan tetapi merupakan keadaan yang harus dilakukan setiap manusia di bumi agar selalu dekat dengan Sang Maha Pencipta.
(dr berbagai sumber)
Sluku-sluku bathok,
Bathoke ela-elo,
Si Rama menyang Solo,
Oleh-olehe payung motho,
Mak jenthit lolo lo bah,
Wong mati ora obah,
Yen obah medeni bocah,
Yen urip goleko duwit.
Tapi apakah kalian mengerti apa makna tembang tersebut?. Berikut ini Filosofi tembang tersebut:
Sluku-sluku bathok
berasal dari bahasa Arab ;Ghuslu-ghuslu batnaka,
artinya,''mandikanlah batinmu'',Membersihkan batin dulu sebelum sebelum membersihkan badan atau raga.Sebab lebih mudah membersihkan badan dibandingkan membersihkan batin atau jiwa.
Bathoke ela-elo ;
berasal dari bahasa Arab: batine La Ilaha Illallah
maksudnya ; hatinya senantiasa berdzikir kepada Allah,diwaktu senang maupun susah,dikala menerima nikmat maupun musibah,sebab setiap peristiwa yang di alami manusia,pasti menggandung hikmah.
Si Rama Menyang Solo
Maksudnya ; Mandilah,bersucilah,kemudian kerjakanlah sholat.Allah menciptakan manusia tidak lain adalah agar menyembah ,menghambakan diri kepada-Nya.
Oleh-olehe patyung motho ;
berasal dari bahasa Arab: Laillaha Illalah hayyum mauta ;
Dzikir pada Allah mumpung masih hidup,bertaubat sebelum datangnya maut.Manusia hidup di dunia tidak hanya sekedar memburu kepentingan duniawi saja. Kesadaran akan hidup yang kekal di akhirat,menumbuhkan semangat untuk mencari bekal yang diperlukan.
Mak jenthit lolo o bah, wong mati ora obah :
kematian itu datangnya tiba-tiba, tak ada yang tahu. Tak bisa dimajukan atau dimundurkan walau sesaat. Sehingga saat kita hidup, kita harus senantiasa bersiap dan waspada. Selalu mengumpulkan amal kebaikan sebagai bekal untuk dibawa mati.
Yen obah medeni bocah :
Saat kematian datang, semua sudah terlambat. Kesempatan beramal hilang. Banyak ingin minta dihidupkan tapi Allah tidak mengijinkan. Jika mayat hidup lagi maka bentuknya menakutkan dan mudharat-nya akan lebih besar.
Yen urip golekno dhuwit :
Kesempatan terbaik untuk berkarya dan beramal adalah saat ini. Saat masih hidup. Pengin kaya, pengin membantu orang lain, pengin membahagiakan orang tua: sekaranglah saatnya. Sebelum terlambat, sebelum segala pintu kesempatan tertutup.
Mudah-mudahan kita semua bisa menerapkan dan mengamalkan makna dari syair di dalam lagu “SLUKU-SLUKU BATHOK”. Bukan hanya untuk sekedar lagu dolanan, akan tetapi merupakan keadaan yang harus dilakukan setiap manusia di bumi agar selalu dekat dengan Sang Maha Pencipta.
(dr berbagai sumber)